30 Apr 2012

1. Asal Usul Kerajaan Gowa
















Menurut A. Makarausu Amansjah, Gowa berasal dari kata guwari yang artinya bilik atau ruangan untuk didiami. Ketika manusia pertama yang menginjakkan kakinya di daerah ini, mereka memilih daerah pesisir yang berbukit dan menempati guwari sebagai tempat tinggal. Dalam perkembangan lebih lanjut, guwari semakin bertambah jumlahnya sesuai dengan perkembangan manusia, sedangkan tempat tinggal mereka kemudian dinamakan Gowa. Setelah periode Tumanurung sebagai raja pertama, kerajaannya dinamakan Butta Gowa atau Kerajaan Gowa.1 Menjelang terbentuknya kerajaan Gowa, komunitas Makassar terdiri atas sembilan kerajaan kecil yang disebut Kasuwiyang Salapang(sembilan negeri yang memerintah), yaitu: Tombolo', Lakiung, Saumata, Parang-parang, Data', Agang Je'ne, Bisei, Kalling dan Sero'.2

Di antara kerajaan-kerajaan kecil tersebut sering terjadi perselisihan yang terkadang menjadi perang terbuka. Perang dapat diperkecil dengan mengangkat dari kalangan mereka seorang pejabat yang disebut Paccallaya. Ia berfungsi sebagai ketua dewan di antara kesembilan negeri yang menjadi anggotannya. Di samping itu, ia merupakan arbitrator dalam mendamaikan perselisihan yang mungkin timbul di antara Gallarang (penguasa) kerajaan-kerajaan kecil itu.3 Berapa lama pemerintahan gabungan yang dipimpin oleh Paccallaya ini berjalan tidak ada lontarak yang membicarakannya. Satu hal yang tidak mampu diatasi oleh Paccallaya ialah jika timbul perselisihan di antara Gallarang sebagai raja-raja kecil. Kelemahan ini terjadi, karena ia sendiri tidak mempunyai kewenangan dan kekuatan memaksa. Demikianlah, pada suatu ketika Paccallaya sepakat dengan kesembilan raja-raja untuk mengangkat seorang putri yang turun dari khayangan sebagai raja di sebuah tempat bernama Takak Bassia. Putri itu datang dengan luar biasa tanpa diketahui nama dan asal daerahnya, sehingga disebut saja Tumanurung. Ia diturunkan dari langit sebagai anugrah dari dewa tertinggi guna mempersatukan dan mencari kemakmuran bersama sehingga dapat terhindar dari permusuhan.4



1 Ahmad M. Sewang, Islamisasi Kerajaan Gowa (Abad XVI sampai Abad XVII), Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005, hlm. 20.
2 Ahmad M. Sewang, Islamisasi Kerajaan Gowa (Abad XVI sampai Abad XVII), Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005, hlm. 19.
3 Abu Hamid, Syekh Yusuf Makassar:Seorang Ulama, Sufi, dan Pejuang, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1994, hlm. 19-20.
4 Abu Hamid, Syekh Yusuf Makassar:Seorang Ulama, Sufi, dan Pejuang, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1994, hlm. 7.

Tidak ada komentar: